AGEN JUDI TERBESAR Tidak banyak yang menyadari bahwa pasangan yang mengalami kudis dapat menularkan penyakitnya ini melalui hubungan seks. Padahal, kudis termasuk dalam deretan penyakit infeksi menular seksual, seperti halnya sipilis dan gonorrhea.
Bagaimana hubungan seks bisa menularkan kudis?
Kudis disebabkan oleh spesies tungau Sarcoptes scabiei. Parasit ini berkembang biak dan bertelur pada permukaan kulit.
Setelah telur menetas, tungau-tungau baru akan bermunculan dan menggali liang pada kulit sehingga terbentuk luka gatal.
Periode antara infeksi tungau hingga gejala muncul biasanya berlangsung selama 4-6 minggu. Jika Anda terkena kudis untuk kedua kalinya, gejalanya mungkin akan muncul lebih cepat, yaitu dalam beberapa hari.
Penyakit kulit ini dapat menular dengan beberapa cara, antara lain:
- Kontak langsung antara kulit penderita dengan orang yang sehat dalam waktu lama
- Hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat
- Kontak dengan handuk, seprai, atau pakaian yang bersentuhan langsung dengan penderita
Kudis dapat menular dengan sangat mudah melalui sentuhan terhadap kulit penderita.
Penderita kudis menularkan penyakit ini saat melakukan hubungan seks. Hal ini bisa terjadi karena kulit Anda dan pasangan akan bersentuhan dalam waktu lama.
Hati-hati dengan munculnya gejala kudis setelah pengobatan
Ruam dan gatal pada kulit akibat kudis dapat bertahan selama beberapa minggu hingga sebulan setelah pengobatan. Dokter biasanya memberikan obat-obatan tambahan jika gatal terasa begitu parah.
Apabila gejala terus berlangsung, Anda patut waspada. Penderita kudis bisa saja menularkan kembali penyakit ini melalui kontak antarkulit ataupun hubungan seks.
Selain itu, munculnya gejala juga bisa terjadi akibat kondisi berikut:
1. Kegagalan pengobatan
Resistensi obat, cara mengobati yang salah, atau waktu pemberian obat yang salah dapat menyebabkan kegagalan pengobatan.
Jika pengobatan sudah tepat, luka galian liang yang menjadi ciri khas kudis seharusnya tidak lagi muncul setelah 1-2 hari.
Kegagalan pengobatan juga bisa disebabkan oleh obat yang tidak mampu menembus luka kudis yang berkerak. Akibatnya, penderita akhirnya menularkan kembali kudis melalui kontak langsung dengan kulit, berbagai handuk, atau hubungan seksual.
2. Kudis menular kembali
Selain pasangan yang menularkan secara langsung dari hubungan seks atau sentuhan langsung lainnya, kudis bisa menular kembali dari anggota keluarga maupun penghuni tempat tinggal yang sama.
Itu sebabnya, ketika satu orang dalam rumah terkena kudis, setiap orang yang tinggal dalam satu rumah harus mendapatkan penanganan serupa.
Tidak hanya itu, kudis juga dapat menular kembali melalui pakaian, seprai, atau handuk penderita. Barang yang pernah bersentuhan dengan kulit penderita seharusnya dicuci dengan air panas dan tidak digunakan terlebih dulu selama 72 jam.
3. Penyebab lain
Beberapa jenis obat dapat menimbulkan reaksi yang serupa dengan kudis. Jika Anda tidur menggunakan tempat tidur yang sama dengan pasangan dan tidak tertular kudis setelah 30 hari, maka besar kemungkinan penyebabnya bukanlah kudis.
Gejala gatal juga bisa timbul akibat reaksi alergi atau paparan terhadap jenis tungau lain yang ada di rumah. Anda dapat memastikan penyebabnya dengan memeriksakan diri ke dokter.
Kudis merupakan salah satu infeksi menular yang harus diwaspadai. Pasalnya, Anda maupun pasangan dapat saling menularkan penyakit ini dengan mudah melalui hubungan seksual.
Penyakit ini juga dapat muncul kembali setelah pengobatan. Maka dari itu, Anda, pasangan, maupun semua orang yang tinggal dalam satu rumah yang sama harus menjalani pengobatan kudis secara menyeluruh.
0 Komentar